Selasa, 25 April 2017

Seks Bebas

https://priauda.files.wordpress.com/2014/04/stop-seks-bebas.jpg



             Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.
          Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS.
Sekarang ini zaman globalisasi. Remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing yang masuk. Sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita. Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita.
          Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
          Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.
           Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.
             Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
            Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
              Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat. Saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas-terutama di kalangan remaja-bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri.
                Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang tua yang cuek bebek saja terhadap perkembangan anak-anaknya. Kini tak sedikit orang tua dengan alasan sibuk karena termasuk tipe “jarum super” alias jarang di rumah suka pergi; lebih senang menitipkan anaknya di babby sitter. Udah gedean dikit di sekolahin di sekolah yang mahal tapi miskin nilai-nilai agama.
             Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan yang bikin ‘gerah’, Video klip lagu dangdut saja, saat ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan yang bikin dek-dekan jantung para lelaki. Belum lagi tayangan film yang bikin otak remaja teracuni dengan pesan sesatnya. Ditambah lagi, maraknya tabloid dan majalah yang memajang gambar “sekwilda”, alias sekitar wilayah dada; dan gambar “bupati”, alias buka paha tinggi-tinggi. Konyolnya, pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah kesadaran remaja untuk kritis dan inovatif.

Sumber :
https://www.google.com/search?q=seks+berat&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b#q=artikel+seks+bebas&start=10

Kenakalan Remaja




 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEin1ko7rXmdDqFhsKbTVojj3muNzoSIzv_FyR7wWGeXvcmVOKNpGpjcJ7bzY8s_h-8mnsCJx1BbsQV-C6sNF1rOj1udsRWHAof0ddYmerE-bioc71aj1nrkbWhDgJdZbnlo4Ae3q-Dt1oyE/s1600/remaja+rokok.jpg

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mulai mencari jati dirinya, seseorang bisa di katakan remaja jika sudah menginjak umur 17 tahun dan sudah mengalami pubertas. Biasanya usia remaja itu ingin mencoba segala sesuatu yang baru, mulai muncul berbagai macam gejolak emosi dan banyak timbul masalah baik keluarga maupun lingkungan sosialnya. Kenakalan remaja adalah wujud dari konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun pada saat remaja.
Kenakalan remaja sekarang ini semakin merajalela dan akhir-akhir ini kenakalan remaja sangat memprihatinkan. Bentuk kenakalan remaja banyak sekali antara lain : narkoba, tawuran, membolos mencuri, berbohohong, merokok, terlibat tindakan kriminal dan lain-lain, semua itu dapat dilihat langsung di lingkungan sekitar.

Hal tersebut bisa terjadi karena adanya faktor-faktor menunjang perubahan perilaku di kalangan remaja seperti, kurangnya kasih sayang orang tua, kurangnya pengawasan dasar orang tua, dasar agama yang kurang, bisa juga karena tidak tepat dalam memilih teman atau lingkungan pergaulan, sehingga bisa menyebabkan terjerumusnya dalam pergaulan yang salah.
Ada beberapa cara yang mungkin bisa dijadikan usaha untuk mengatasi dan mencegah kenakalan di kalangan remaja diantarnya, perlunya pendidikan agama sejak dini yang rutin yang berguna untuk mempertebal keimanan dan jangan terpancing untuk mencoba hal-hal yang menurut agama dan hukum dianggap salah.

Walaupun orang tua tidak mengajarkan secara penuh agar anaknya menjadi  orang baik, tetapi keinginan mereka sudah pasti ingin anak-anaknya menjadi orang baik-baik. Tidak satu orang tua pun menginginkan anaknya berperilaku buruk dan terjerumus ke dalam kenakalan remaja. Anak-anak remaja pasti sudah bisa untuk memilah dan memilih mana perilaku yang baik dan mana peilaku yang buruk.

Lingkungan itu berperan sangat penting dalam menentukan perilaku, sebagai generasi muda harus bisa menjaga pergaulan agar tidak terjerumus  ke dalam hal negatif, berhati-hati dalam mencari teman dan berperilaku itu sangat penting apabila salah pergaulan hanya akan merugikan diri sendiri, orang tua dan orang lain.

Sumber :
http://www.hipwee.com/narasi/semakin-maraknya-kenakalan-remaja/

Rusaknya Fasilitas Umum



Ketika aksi demo, para pendemo harus dapat berlaku tertib dan teratur. Tidak membakar fasilitas yang ada di sekitarnya hanya karena tuntutan atau keinginan mereka tidak terpenuhi. Misalnya aksi pembakaran mobil angkot yang waktu itu pernah terjadi di suatu daerah.

Begitu juga yang berita waktu lalu ini terjadi tentang perusakan fasilitas-fasilitas umum di Gelora Bung Karno. Para antrian yang tidak sabar karena tidak mendapatkan karcis melakukan tindakan-tindakan yang seharusnya tidak terjadi. Mereka merusak pintu gerbang Gelora Bung Karno, mencoret bangku-bangku penonton, dan merusak rumput-rumput yang ada di lapangan GBK.

Tindakan perusakan fasilitas umum dapat merugikan negara karena betapa besar biaya untuk merenovasi fasilitas-fasilitas itu. Pemandangan seperti itu bukanlah hal baru dan aneh untuk kita lihat. Tempat-tempat umum dengan berbagai fasilitas umum yang seharusnya dapat kita jaga dan manfaatkan dengan baik harus rusak oleh ulah tangan jahil mereka. Tempat yang seharusnya hanya sebagai tempat wisata dan tempat ngumpul dengan teman atau sanak saudara membuat suasana menjadi tidak nyaman karena keindahannya sudah hilang.


https://sgimage.detik.net.id/community/media/visual/2016/11/11/c9c67d1e-cf66-49d8-b5bb-baccc64cf81e_169.jpeg?w=650

Gambar seperti itu tidak bermanfaat sama sekali hanya kerusakan yang dapat di lihat. Oleh karena itu, kita harus memiliki kesadaran dan peduli terhadap lingkungan sekitar. Maka mulailah peduli akan diri sendiri dulu. Sebenarnya fasilitas di bangun oleh pemerintah untuk kenyamanan dan akses kemudahan semua rakyatnya.

Seperti: Pendirian telepon umum. Tapi al-hasil telepon umum malah di pakai main untuk telepon yang tidak berguna. Dan fasilitas telepon umum juga di rusak oleh preman-preman tidak bertanggung jawab. Dan pembanguan jembatan penyebrangan. Banyak terdapat coretan di mana-mana dan tangga penyebrangan juga ada yang rusak. Membuat para penyebrang enggan untuk menggunakan fasilitas umum tersebut.

Jika masyarakat Indonesia dapat menjaga fasilitas umum yang sama saja dengan aset negara maka bila ada para wisatawan dari lokal maupun mancanegara berkunjung ke daerah kita maka kita sendiri yang akan bangga karena di cap baik oleh para wisatawan tersebut.

Sumber :
http://tyachiet-gress.blogspot.co.id/2011/01/perusakan-fasilitas-umum.html