Latar Belakang
Perguruan Pencak Silat Padjadjaran Nasional didirikan pada tanggal 12 Desember 1928 di desa Sukaraja kota Bogor. Pendirinya adalah K.H Raden Ahmad Karta Kusumah, kemudian diteruskan oleh Tubagus Muhammad Sidiq Sakrabrata.
Aliran Yang dianut Dalam Pencak Silat Padjadjaran Nasional
1.Cimande
Gerak jurus tertua khas jawa barat yang sangat terkenal.
Gerak jurus tertua khas jawa barat yang sangat terkenal.
2.Cikalong
Adalah nama daerah, nama daerah yang terkenal dalam gerak jurusnya.
3.Syahbandar
Yakni nama ulama yaitu syekh Bandar yang menciptakan gerak jurus syahbandar. Pesilat pejuang Pitung asli rawa belong adalah salah satu murid dari syeh bandar.
4.Sera
Yakni artinya pasrah, dengan gerak jurus yang membiarkan lawan menyerang terlebih dahulu lalu dikembalikan dengan sangat cepat dan tepat hingga melumpuhkan lawan.
5.Depokan
Warna merah : Berani
Gerak jurus dengan permainan bawah yang tidak mudah dijangkaui oleh lawan.
Hal Yang Diharamkan didalam Padjadjaran Nasional
1.Ujub
Yakni sikap yang sombong
2.Riya
Yakni prilaku pamer
3.Takabur
Yakni perkataan yang sombong
Arti Dan Warna Lambang Perguruan Pencak Silat Padjadjaran Nasional
Warna merah : Berani
Warna putih : Suci
Warna hitam : Netral
Warna kuning : Warna lambang Perguruan Padjadjaran Nasional
Kepala macan : Lambang Perguruan Padjadjaran Nasional
Tujuh rantai : Tujuh Janji Setia
Kembang manggis : Lambang Kejujuran
Tali tambang : Ikatan Tali Persaudaraan Perguruan Padjadjaran
Segi lima : Lima Aliran Yang dianut
Nama bogor di pita : Tempat Didirikannya Perguruan Pencak Silat Padjadjaran Nasional
Metode Ajaran
Terdapat 4 aspek yang diterapkan dalam latihan di Perguruan Pencak silat Padjadjaran Nasional :
1. Aspek Seni dan Budaya
2. Aspek Olah Raga
3. Aspek Beladiri
4. Aspek Mental dan Spiritual
Guru Besar yang Telah Almarhum:
1. Raden K.H. Ahmad Karta Kusumah
2. Raden Iing Ganda Lesmana
3. Raden Subarta
4. Raden Moh Yusuf
5. Tubagus Moh. Siddik Sakabrata
Perkembangan Pada Zaman Penjajahan
a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.
b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
Moto Perguruan
Jika seorang pesilat memiliki rasa asih (kasih sayang), maka dia telah miliki budi pekerti (akhlak) yang baik dan jika sudah memiliki asih dan budi pekerti, maka dia harus bakti (mengamalkan), jika sudah memiliki rasa asih,budi pekerti, dan bakti, maka dia menjadi Sakti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar