Menurut
Said Agil Husein al-Munawwar, Salah satu agenda besar kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan membangun
kesejahteraan hidup bersama seluruh warga Negara dan umat beragama.
Akhir-akhir ini, nilai-nilai kerukunan
yang dijaga dengan baik oleh masyarakat mulai terkikis, mengalami degradasi,
semboyan bhineka tunggal ika sudah mulai luntur dalam pemahaman dan pengamalan
masyrakat. Ini bisa dilihat berbagai konflik yang terjadi diberbagai daerah
seperti kasus Poso, Ambon, Sampang yang mengatas namakan agama atau kondisi
social yang berlindung dibalik symbol agama. Konflik-konflik yang
mengatas namakan agama ini bahkan menimbulkan terjadinya
disintegrasi (perpecahan) bangsa.
Kecendrungan disintegrasi yang muncul
belakangan ini disebabkan faktor yang sangat komplek. Masalah ketidak adilan
bidang ekonomi, politik, sosial, agama, budaya, ikatan primordial dan lain
sebagainya. Puncak dari semua kompleksitas permasalah yang terjadi di Indonesia,
beberapa tahun belakang ini muncul kerusuhan diberbagai tempat diwilayah
Indonesia, kerusuhan yang menimbukkan korban harta benda dan jiwa, yang
tidak kalah pentingnya adalah rusaknya hormonisasi kehidupan masyarakat
yang telah terbentuk sekian lama.
PEMAHAMAN AGAMA
DENGAN BENAR
Menurut para Ahli
Ushul, ada lima prinsip dasar agama yang harus dipahami dengan benar oleh
setiap individu untuk tidak menimbulkan salah interpretasi (pemahaman) terhadap
ajaran agama yang dianutnya. Adapun lima prinsip agama itu yaitu 1). Memelihara
agama (hifdz ad-din), 2). Memelihara Jiwa (Hifdz al-nafs), 3), Memelihara
keturunan (hifdz al-nasl, 4). Memelihara harta (hifz al-Mal) dan 5). Memelihara
akal (Hifdz al-Aql)[3]. Lima nilai ini dianggap sebagai nilai-nilai universal
yang ditemui disemua agama.
Memahami
dengan benar prinsip-prinsip agama yang dikemukan di atas, akan menghasilkan
aplikasi nilai-nilai keagamaan, baik syariat, ibadah, muamalah maupun sosial
dalam kontek agama dengan benar. Pemahaman tentang prinsip dasar agama dengan
benar akan mengantar setiap individu untuk menjaga dan memelihara, sebab
sifat dasar agama adalah bagaimana memelihara bukan memunculkan nilai-nilai
kerusakan, baik rusaknya jiwa, badan, hubungan maupun keturuan dan harta benda.
KERUKUNAN DAN TOLERANSI
HIDUP BERAGAMA
Istilah toleransi berasal dari
bahasa inggris, yaitu “tolerence” berarti sikap membiarkan, mengakui dan
menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Toleransi
dalam pergaulan hidup antar umat beragama yang didasarkan kepada: setiap
agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk
ibadat (ritual) dengan sistem dan tata cara sendiri yang dibebankan serta
menjadi tanggung orang yang memeluknya atas dasar itu, maka toleransi
dalam pergaulan hidud antar umat beragama bukanlah toleransi dalam
masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap keberagaman pemeluk
suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang tidak seagama, dalam
masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan umum.
Agama
tidak pernah berhenti dalam mengatur tata kehidupan manusia, karena
itu kerukunan dan toleransi antar umat beragama: bukan sekedar hidup
berdampingan yang pasif saja, akan lebih dari itu; untuk berbuat baik dan
berlaku adil antara satu sama lain. Bagi Umat Islam dan pemuluk agama lainnya,
seyogianya perbedaan agama jangan sampai menghalangi untuk berbuat
baik dan berlaku adil terhadap manusia tanpa diskiriminasi agama dan
kepercayaan.
TANTANGAN ERA MEDSOS
Membangun toleransi antar umat
beragama pada era teknologi informasi seperti saat ini bukan hal mudah. Setiap
saat arus informasi bergerak dengan deras dari sumber-sumber informasi sampai
ke penerimanya. Melahap apa saja yang disajikan media telah menjadi gaya hidup
masyarakat kita. Informasi itu sendiri sebenarnya bersifat netral, namun
setelah melewati media dan kepentingannya, apalagi sampai ke penerima tanpa
filter logika yang baik, informasi bisa jadi terdistorsi.
Idealnya
pembaca harus menelusuri kata demi kata dalam berita atau artikel memahami
informasi yang disajikan dengan baik. Sayangnya, masyarakat kita cenderung suka
menekan tombol share tanpa membaca artikelnya terlebih dahulu, ditambah lagi
dengan komentar yang emosional. Padahal judul berita bukanlah informasinya,
melainkan potongan informasi.
Ini
berlaku pula untuk informasi yang terkait dengan isu-isu agama. Saat muncul
berita tentang Masjid yang terbakar, pembaca cenderung memiliki mindset kalau
pelakunya orang-orang yang beragama Kristen. Begitu pula sebaliknya, saat ada
yang melempar bahan peledak ke gereja, orang akan berpandangan bahwa pelakunya
adalah orang-orang yang beragama islam.
Padahal
belum tentu seperti itu. Kalaupun benar pelaku adalah orang yang memiliki agama
berbeda, sekali lagi agama hanyalah identitas, tidak menjamin keimanan
seseorang. Dan oknum yang bersangkutan sama sekali bukan representasi seluruh
umat agama yang dianutnya.
TOLERANSI DI DUNIA MAYA
Kita bisa belajar mengembangkan
semangat toleransi yang sama pada dunia maya. Karakteristik dunia maya yang
kemudian menjadi tantangan bagi kita adalah sifatnya yang terbuka nyaris tanpa
sekat ruang dan waktu. Peluang setiap orang untuk memberi, meneruskan, menerima
dan menanggapi informasi sama besarnya. Dengan demikian ruang untuk “dialog”
terbuka sangat lebar dan peluang dialog berjalan konstruktif maupun destruktif
juga sama besarnya. Hanya saja seperti yang sudah saya sampaikan di atas, topik
terkait agama di dunia maya cenderung berkembang menjadi pembicaraan yang
destruktif.
Oleh
karena itu salah satu strategi membangun toleransi pada dunia maya adalah
dengan meminimalkan peluang hadirnya informasi yang dapat menimbulkan sikap
intoleransi.
Dalam
hal ini, ada tiga pihak yang memiliki peranan paling penting yaitu masyarakat,
pemilik portal dan pemerintah sebagai regulator.
STRATEGI - STRATEGI YANG
TEPAT UNTUK MEMBANGUN TOLERANSI DIANTARANYA ADALAH :
A.
Memperkuat Tali Persaudaraan
Persaudaraan
akan terpecah belah apabila tidak adanya persaudaraan yang kokoh dan membawa
perusuhan yang berakibat pertumpahan darah walaupun seaqidah. Persaudaraan
perlu di bangun dan terus di pupuk demi tegagknya kebersamaan untuk menyapu
seluruh penyakit yang menginggapi hati dan ruh persaudaraan. Tidaklah di
katakana kuat manusia apabila tidak adanya persaudaraan diantara sesama manusia
dan manusia dengan mahkluk yang lainya. Apakah tujuan dari pada persaudaraan
ini?
Tujuan
dalam membangun kebersamaan adalah mencapai suatu visi dan misi yakni
meningkatkan spiritual untuk meunuju kepada arah yang sangat mulia yakni ridho
Allah kepada mahkluknya. Dengan demikian tujuan dari pada membangun
persaudaraan adalah membangun spiritual dan kekuatan berpikir untuk pembangunan
baik itu mental dan kerakter manusia itu sendiri.
B.
Menumbuhsikan sifat dan sikap toleransi
Dengan menumbuhkan sifat dan sikap toleransi akan
membawa ketenagan dan ketentraman sesama manusia. Mengapa toleransi perlu di
bangun dalam kehidupan sehari-hari baik itu di dalam lingkungan rumah tangga
maupun dalam lingkungan masyarakat luas. Tentu jawabanya adalah karena manusia
di ciptakan Allah dengan berbagai ragam sikap dan watak yang berbeda-beda. Rambut
boleh sama warnanya dan proses kelahiranya juga sama berasal dari air. Namun
dari semua itu manusia memiliki visi dan sikap yang berbeda-beda bahkan
memiliki pendapat yang berbeda-beda.
Jika
tidak ada sikap toleransi sementara pendapat setiap orang berbeda-beda akan
menimbiulkan komplik dan berakhir dengan kericuhan dan kekacauan sehingga
tujuan dan misi dari pada pembangunan tidak akan tercapai yang ada hanyalah
komplik antara sesame manusia itu sendiri baik itu dalam satu golongan itu
sendiri maupun akan terjadi peperangan dengan kelompok yang lainya.
Dengan
demikian berarti membangun kebersamaan di perlukan sikaf dan sifat toleransi
yang tinggi dengan tujuan dapat membangun cita-cita mulia yakni meningkatkan
spiritual dan intelektual. Spiritual dibangun dalam pembangunan dengan tujuan
yakni melahirkan sekelompok manusia yang yang berpikir pembangunan (positif)
dan berwawasan ketuhanan yang dapat membawa sekelompok manusia yang lainya berkembang
dengan lebih maju sehingga kedamaian dan kejayaan manusia dapat terwujudkan.
Intelektual
di bangnun untuk melahirkan manusia-manusia yang berpikiran pembangunan dan
berwawswan pembaharuan demi menciptakan budaya berpikir cemerlang dan mewujudkan
manusia yang cinta dengan ilmu pengetahuan untuk menuju ridho tuhan yang maha
esa (Allah). Dengan demikian berarti pembangunan membutuhkan intelektual yang
yang cemerlang dan dapat di pertanggung jawabkan baik itu di hadapan mansuia
maupun di hadapan tuhan yang maha adil perhitunganya.
C.
Menyatukan budaya keragaman yang berbeda menjadi satu
Tentunya manusia lahir telah membawa suatu budaya, dan
budaya itu berbeda-beda baik itu dari ras maupun warna kulit. Setiap Negara
memiliki budaya yang berbeda-beda dan perpedaan itu lahir berdasarkan situasi
dan kondisi alam yang berbeda-beda. Lahirnya budaya demikian menjadi kebiasaan
yang mengakar menjadi budaya dan kebiasaan yang sulit untuk di rubah. Contoh,
negara yang curah hujan saljunya tinggi tentu membawa budaya agar membuat
minuman yang dapat menghangatkan badan yakni miras. Minuman ini dengan
alasan dapat menjaga kesehatan sehingga pemerintahpun menghalalkan minuman
tersebut demi kesehatan.
Namun
sayang, kebiasaan atau kebudayaan ini di ikuti oleh Negara yang beriklim panas,
sehingga miras hanya di budayakan untuk kegagahan dan ketenagan berpikir bukan
untuk kesahatan atau menghangatkan badan. Budaya inilah yang menjadi
pertantangan sehingga dapat membuat problem bagi yang tidak meminumanya. Komplik
yang timbul dari budaya ini adalah komplik budaya yang mengakar di dalam tubuh
umat islam sehingga di dalam tubuh umat islam jadi pecah dan islam menjadi
rusak.
Dengan
budaya yang sedemikian rupa merasuk di dalam tubuh keluraga maupun organisasi
yang dapat memecah belah kekuatan oraganisasi dalam membangun kebersamaan untuk
meningkatkan spiritual dan intelektual. Dengan cara apakah menyatukan budaya
yang berbeda-beda tersebut.
Jawaban
yang paling tepat adalah kembali kepada al-qur’an dan assunah yakni dengan
mengikuti ahklak dan budaya Nabi Muhammad Saw
yang budayanya adalah budaya qur’ani. Dengan demikian maka akan
terbentuklah organisasi untuk membangun kebersamaan dalam meningkatkan intelektual dan spiritual
dalam kebersamaan.
MEMBANGUN KEBERSAMAAN
DALAM MENINGKATKAN INTELEKTUAL
Manusia lahir penuh dengan berbagai
masalah dan masalah itu bukan berarti manusia harus lari darinya akan tetapi
masalah itu harus di hadapai dengan sikap yang sigap dan kemampuan otak untuk
menganalisis berdasarkan manfaat dan tujuanya. Imamah jamaah memerlukan
kekuatan yang kuat dan kekuatan itu berdasarkan kerangka berpikir dan
keberanian untuk bertindak. Seorang ulama atau seorang pemimpin yang memiliki
intelektual yang tinggi akan membawa perubahan yang sangat siknifikan demi
mencapai kejayaan dan membangun kebersamaan kebersamaan demi kesejahteraan.
Tidak
dapat di bayangkan jika seorang ulama atau seorang pemimpin tidak memiliki
intelektual yang tinggi untuk pembangunan dan kesejahteraan rakyat maupun
jamaahnya. Kebersamaan akan mengalirkan ilmu yang bermanfaat yakni ilmu
kerangka berpikir yang cemerlang di sertai kemampuan menganalisis problem yang
sedang di hadapi baik itu problem umat maupun problem bangsa. Dengan kemampuan
intelektual yang kuat akan dapat memberantas problem tersebut untuk di arahkan
kepada arah yang lebih baik lagi serta menata kembali problem tersebut agar
tidak terulang kembali.
KESIMPULAN
Apapun jenis aktifitas manusia harus
memiliki strategi agar mudah di capai dengan cepat dan tepat. Karena strategi
adalah cara yang tepat dalam mengatasi suatu masalah. Kebersamaan dalam
meningkatkan spiritual tentu tidak akan mudah tercapai jika tidak memiliki
strategi yang tepat karena dengan strategi berarti memberikan cara atau sulusi yang
tepat untuk memberikan perubahan pada ideologi.